Mahasiswa Unila Kenalkan ‘Brilliam’ ke Masyarakat Lampung

HitzSerpong-Mahasiswa dari Universitas Lampung (Unila) memperkenalkan sebuah inovasi disebut ‘Briliam’ kepada masyarakat Lampung.

Briliam merupakan inovasi tepat guna yang merupakan singkatan dari Briket Limbah Kulit Kayu Gelam, yaitu pemanfaatan limbah kulit kayu gelam menjadi bahan bakar.

Perkenalan itu dilakukan saat para mahasiswa KKN yang diketuai oleh Fahreza Satria Wirayudha, melakukan pengabdian di Desa Eka Mulya, Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung.

Ketua KKN Desa Eka Mulya Universitas Lampung, Fahreza Satria Wirayudha menerangkan, pihaknya dari mahasiswa melihat bahwa banyaknya pohon gelam yang tumbuh di Desa Eka Mulya.

Fahreza melihat bahwa selama ini kayu gelam hanya dimanfaatkan untuk keperluan konstruksi saja.

Bahkan, lanjutnya, masyarakat setempat memanfaatkan pohon gelam hanya di bagian kayu nya saja.

“Nah dari situlah ide temen-temen mahasiswa muncul, dimana kita bisa memanfaatkan limbah dari kayu gelam ini,” ujarnya melalui keterangan pers.

Fahreza menjelaskan, munculah ide membuat bricket yaitu alat bahan bakar tepat guna yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Dipaparkan Fahreza, dengan tambahan alat-alat-alat dan bahan yang diperlukan pihaknya mengubah limbah tersebut menjadi bricket.

“Ya, alat-alatnya sederhana seperti gunting, dua wadah berukuran besar, timbangan digital, dan sebagainya,” paparnya.

“Lalu bahannya cukup menyiapkan limbah kulit gelam 1 kilogram, tepung tapioka 100 gram, air 300 mili liter, dan kayu bakar secukupnya,” tambahnya.

Lanjut Fahreza, jika alat dan bahan sudah cukup, maka pengolahan pun bisa dilakukan.

Menurutnya, pembuatan briket dari kulit kayu gelam memiliki berbagai manfaat.

“Briket limbah kulit kayu gelam juga dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif,” jelasnya.

Selain itu, dijelaskan Fahreza, pengelolaan briket yang merupakan salah satu cara efektif dalam mengelola limbah kulit kayu yang dihasilkan dari proses pengolahan kayu gelam.

“Dengan mengubah limbah kulit kayu gelam menjadi briket, limbah yang sebelumnya tidak terpakai dapat dimanfaatkan kembali dengan cara yang lebih berarti,” terangnya.

**Baca juga: DPR RI: Suara Cendekiawan Lonceng Peringatan Dini untuk Menjaga Legitimasi Pemilu 2024

Manfaat lainnya, penggunaan briket ini bisa menggantikan kayu bakar tradisional, dan penggunaan kayu dari hutan dapat diminimalisir.

“Hal ini berpotensi mengurangi tekanan eksploitasi hutan dan membantu dalam konservasi sumber daya alam, termasuk menjaga keberlanjutan pohon gelam itu sendiri,” ungkapnya.

Fahreza mengatakan, pembuatan briket limbah kulit kayu gelam juga dapat memberikan solusi mengatasi banjir di Kecamatan Mesuji Timur yang disebabkan oleh menumpuknya limbah kulit kayu gelam.

Lalu, bisa bermanfaat untuk ekonomi lokal karena dalam proses pembuatan briket dapat melibatkan tenaga kerja lokal.

Mulai dari pengumpulan bahan baku hingga produksi briket ataupun warga lokal bisa menggunakan limbah tersebut untuk pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif, salah satunya bisa digunakan untuk memasak.

“Selain itu, penjualan dan distribusi briket juga dapat menciptakan peluang kerja dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat,” tutupnya.(eka)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *